Hamzah bin Abdul Muthalib, Pemimpin Para Syuhada
Sahabat,
kisah Sahabat Hamzah bin Abdul Muthalib yang tak lain adalah paman dari
Rasulullah dan dikenal dengan keberaniannya hingga di beri gelar Singa
Allah begitu membuat saya tertarik untuk menceritakannya dan memberi
semangat lebih, terlebih beliau meski dahulu ketika masa jahiliyahnya
adalah orang yang sangat keras dan menjadi orang yang ditakuti pada
masanya, suka minum-minuman dan beragam kegiatan yang dilarang oleh
Allah SWT, hingga akhirnya ketika telah masuk islam Ia pun menjadi orang
yang bertakwa pada Allah dan Rasulnya, begitu luar biasanya Ia
melindungi keponakannya bahkan ketika kabah atau berhala dirusak hingga
rasulullah di serang oleh kaum Quraisy, lalu kemudian Hamzah datang dan
menyelamatkan keponakannya. Selain itu ada sebuah kisah luar biasa
lainnya dari Hamza bin Abdul Muthalib.
Pada suatu hari Hamzah bin
Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan anak panah
untuk berburu. Sejak muda, paman Rasulullah ini memang hobi dan gemar
berburu binatang.
Setelah hampir seharian menghabiskan waktunya
di tempat perburuan tanpa mendapatkan hasil, ia pun beranjak pulang.
Sebelum kembali ke rumahnya, ia lebih dulu mampir di Ka’bah untuk
melakukan thawaf.
Sebelum sampai di Ka’bah, seorang budak
perempuan milik Abdullah bin Jud’an At-Taimi menghampirinya seraya
berkata,”Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau melihat apa yang
dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan
membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan
menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di
sekujur tubuhnya.”
Usai mendengarkan panjang lebar peristiwa
yang dialami oleh keponakannya, Hamzah terdiam sambil menundukkan
kepalanya sejenak. Ia kemudian membawa busur dan anak panahnya, kemudian
bergegas menuju Ka’bah dan berharap dapat bertemu Abu Jahal di sana.
Sampai di Ka’bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy
sedang berbincang-bincang. Dengan tenang Hamzah mendekati Abu Jahal.
Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya dan
dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur.
Darah segar mengucur deras dari dahinya.
“Mengapa kamu memaki dan
mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini
apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan
cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!” bentak Hamzah kepada Abu
Jahal.
Dalam beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar
Ka’bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka.
Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah
yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi pengikut Muhammad.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah
dan menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya
seraya berkata,”Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku.
Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan
kata-kata yang tidak pantas.”
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah
seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat. Ia
adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada
tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama Rasulullah SAW dan ikut
dalam perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan Rasulullah menjulukinya
dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menyebutnya “Sayidus Syuhada”
(Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada).
Ketika sampai di rumah, ia
duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya dan membawanya
berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya.
Sementara itu, Abu Jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah
berdiri dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang antara kaum
kafir Quraisy dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Oleh sebab itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rasulullah dan pengikutnya.
Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum
Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui,
bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum
Muslimin lainnya.
Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri
bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Jazirah Arab untuk lebih
mengetahui agama Islam lebih mendalam. Sejak memeluk islam, Hamzah telah
berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga
jiwa raganya untuk kepentingan dakwah Islam.
Pada Perang Badar,
Rasulullah menunjuk Hamzah sebagai salah seorang komandan perang. Ia dan
Ali bin Abi Thalib menunjukkan keberanian dan keperkasaannya yang luar
biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama Islam. Akhirnya, kaum
Muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang.
Kaum kafir Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka mereka
mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut
balas. Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy
disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan
kaum Muslimin. Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan Hamzah bin
Abdul Muthalib.
Seorang budak bernama Washyi bin Harb
diperintahkan oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk
membunuh Hamzah. Wahsyi dijanjikan akan dimerdekakan dan mendapat
imbalan yang besar pula jika berhasil menunaikan tugasnya.
Akhirnya, setelah terus-menerus mengintai Hamzah, Wahsyi melempar
tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah
Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Tak lama
kemudian, Hamzah wafat sebai syahid.
Usai sudah peperangan,
Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh
para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan
membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun
terlintas di benak beliau bahwa moral bangsa arab telah merosot
sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap
jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada
Hamzah dan mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad
Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata,”Tak
pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada
suasana apa pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang
ini.”
Setelah itu, Rasulullah dan kaum Muslimin menyalatkan jenazah Hamzah dan para syuhada lainnya satu per satu.
Ibnu Atsir dalam kitab Usud Al-Ghabah, mengatakan dalam Perang Uhud,
Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat
ia tergelincir sehingga terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju
besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya.
Lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya. Namun Hindun
memuntahkannya kembali karena bisa menelannya.
Ketika Rasulullah
melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat
marah dan Allah menurunkan firmannya: “Dan jika kamu memberikan balasan,
maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS An-Nahl: 126)
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq Sirah-nya, bahwa Ummayyah bin Khalaf
bertanya pada Abdurahman bin Auf, “Siapakah salah seorang pasukan kalian
yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?”
“Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib,” jawab Abdurrahman bin Auf.
“Dialah yang membuat kekalahan kepada kami,” ujar Khalaf.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah
berperang disamping Rasulullah dengan memegang dua bilah pedang.
Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah SAW melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis.
sumber: http://www.ceritamu.com/cerita/cerita-perjuangan-singa-allah-melindungi-nabi-muha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar